JAKARTA - Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) mengkhawatirkan munculnya gerakan radikalisme keagamaan pelajar di sekolah-sekolah negeri melalui Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang bernama Rohani Islam (Rohis) . Itu bila Rohis menjadi satu-satunya organisasi keagamaan di sekolah.
Ketua Umum IPNU, Ahmad Syauqi, mengemukakan hal itu dalam rakernas dan peringatan hari lahir ke-58 IPNU yang bertajuk Optimalisasi Peran IPNU terhadap Arah Kebijakan Pendidikan Nasional di Kampus UI Depok, Sabtu (6/3).IPNU juga khawatir, gerakan ideologi keagamaan itu menumbuhkan radikalisme keagamaan di kalangan pelajar. Karena itu,IPNU akan mendesak Ke-mendiknas agar rohis tidak dijadikan satu-satunya organisasi keagamaan di sekolah negeri setingkat sekolah menengah umum (SMU).
"Kami akan memberi usul kepada Muktamar NU di Makassar pada 22-27 Maret mendatang agar NU mendesak mendiknas untuk mengubah atau menghapus rohis yang selama ini dijadikan satu-satunya organisasi keagamaan di sekolah negeri itu," katanya.IPNU, katanya, sebagai kader NU akan mengawal gerakan keislaman yang moderat dan bukan radikal atau liberal, baik secara pemikiran, aksi, maupun ideologi yang meresahkan masyarakat.IPNU menilai, Muktamar ke-32 NU merupakan momentum penting bagi perlunya penyatuan persepsi dalam Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (KBNU), baik badan otonom (banom), lembaga, maupun organisasi taktis lainnya, untuk menyelamatkan generasi muda dan NU pada masa mendatang.
Pelarangan ormas pelajar, selain rohis tersebut, menurut Syauqi, sudah terjadi sejak dikeluarkan keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud tanggal 9 Juni tahun 1980 No 091/C/Kep/080 tentang Pola Pengembangan Siswa ditambah dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 0209/4/-1984 tentang Perbaikan Kurikulum di Sekolah Umum Tingkat Atas.Akibatnya, kebijakan itu menimbulkan fenomena radikalisme agama di sekolah (SMU) yang menekankan pada satu wadah organisasi bernama rohis yang berada di bawah OSIS.
Sementara itu, Ketua Majelis Alumni IPNU, Hilmi Muhammadiyah, menegaskan bahwa IPNU merupakan satu-satunya rekrutmen kader NU dan kini harus membuat program strategis sesuai visi dan misi NU."Pengenalan nilai-nilai Islam Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) itu mesti dilakukan sejak di sekolah," katanya.Wakil Sekretaris Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) itu juga menyetujui bila Muktamar NU membahas kemungkinan IPNU menjadi organisasi ekstra-kurikuler di sekolah-sekolah di lingkungan LP Maarif dan bukan lagi OSIS. am
Ketua Umum IPNU, Ahmad Syauqi, mengemukakan hal itu dalam rakernas dan peringatan hari lahir ke-58 IPNU yang bertajuk Optimalisasi Peran IPNU terhadap Arah Kebijakan Pendidikan Nasional di Kampus UI Depok, Sabtu (6/3).IPNU juga khawatir, gerakan ideologi keagamaan itu menumbuhkan radikalisme keagamaan di kalangan pelajar. Karena itu,IPNU akan mendesak Ke-mendiknas agar rohis tidak dijadikan satu-satunya organisasi keagamaan di sekolah negeri setingkat sekolah menengah umum (SMU).
"Kami akan memberi usul kepada Muktamar NU di Makassar pada 22-27 Maret mendatang agar NU mendesak mendiknas untuk mengubah atau menghapus rohis yang selama ini dijadikan satu-satunya organisasi keagamaan di sekolah negeri itu," katanya.IPNU, katanya, sebagai kader NU akan mengawal gerakan keislaman yang moderat dan bukan radikal atau liberal, baik secara pemikiran, aksi, maupun ideologi yang meresahkan masyarakat.IPNU menilai, Muktamar ke-32 NU merupakan momentum penting bagi perlunya penyatuan persepsi dalam Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (KBNU), baik badan otonom (banom), lembaga, maupun organisasi taktis lainnya, untuk menyelamatkan generasi muda dan NU pada masa mendatang.
Pelarangan ormas pelajar, selain rohis tersebut, menurut Syauqi, sudah terjadi sejak dikeluarkan keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud tanggal 9 Juni tahun 1980 No 091/C/Kep/080 tentang Pola Pengembangan Siswa ditambah dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 0209/4/-1984 tentang Perbaikan Kurikulum di Sekolah Umum Tingkat Atas.Akibatnya, kebijakan itu menimbulkan fenomena radikalisme agama di sekolah (SMU) yang menekankan pada satu wadah organisasi bernama rohis yang berada di bawah OSIS.
Sementara itu, Ketua Majelis Alumni IPNU, Hilmi Muhammadiyah, menegaskan bahwa IPNU merupakan satu-satunya rekrutmen kader NU dan kini harus membuat program strategis sesuai visi dan misi NU."Pengenalan nilai-nilai Islam Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) itu mesti dilakukan sejak di sekolah," katanya.Wakil Sekretaris Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) itu juga menyetujui bila Muktamar NU membahas kemungkinan IPNU menjadi organisasi ekstra-kurikuler di sekolah-sekolah di lingkungan LP Maarif dan bukan lagi OSIS. am
0 komentar:
Posting Komentar
Rekan dan Rekanita Pengunjung yang terhormat, Silahkan isi komentar dan tinggalkan jejak di sini...Kritik dan saran serta backlink nya sangat diharapkan demi kemajuan blog ini ....Terimakasih...atas kunjungan anda...
Budayakan Tabayyun...
SELAMAT BELAJAR, BERJUANG DAN BERTAQWA...
No Spam, No Junk, No SARA, NO Pornografi, No Atheis...No...No....